Minggu, 12 September 2010

Gunung Tampomas Thn. 2003


elang
Judul: (Kabar dari yang Tersisa…. Owa Jawa (Hylobates Moloch) dan Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi) di Kawasan Utara TWA Gunung Tampomas)

Sumber:
Penulis: Ipan Juanda,
Majalah Habitan Edisi 2003

Kawasan utara Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tampomas Sumedang Jawa Barat, tepatnya di Gunung Bunter, Pasir Rawean, Lebak Cangkores dan sekitarnya merupakan hutan alam yang masih tersisa dengan tipe vegetasi hutan hujan pegunungan bawah (sub montane fores). Sedangkan kawasan selatan, timur barat hampir keseluruhan vegetasi merupakan jenis tanaman Tusam (Pinus merkusil) sebagai salah satu jenis tanaman produksi, ditambah dengan aktivitas perladangan dan pertambangan pasir disisi timur dan selatan TWA G. Tampomas. Oleh sebab itu kawasan utara TWA G. Tampomas merupakan oase dan tempat teraman bagi satwa liar, khususnya owa jawa dan elang jawa, yang dipastikan masih tersisa dikawasan utara TWA G. Tampomas.

Kesemuanya itu tergantung dengan kondisi alam sebagai tempat hidup populasinya yang kini terancam secara keseluruhan, indikasi-indikasi tersebut diperoleh dari hasil pengamatan yang saya lakukan selama beberapa hari pada bulan Juni 2003 di sekitar kawasan TWA G. Tampomas.

OWA JAWA (Hylobates Moloch)
Kelompoknya terdapat di sekitar lebak Cangkores dan hutan Cilangkap jumlahnya diperkirakan hanya tinggal 9 ekor saja, ini diketahui dari kebiasaannya dimana pada jam 05.00 pagi sampai jam 06.00 pagi dari tiap kelompok berkumpul memakan buah koang (sebutan setempat) yang terdapat di lebak Cangkoras dimana aktifitas hariannya. owa jawa hidup di pohon (arboreal), dan jarang turun ke tanah. Pergerakan dari pohon yang satu ke poohon yang lain dengan bergelayunan (brankiasi) dimana owa jawa aktif dari pagi hingga sore hari (diumal) siang harinya kebanyakan digunakan untuk istirahat. Primata endemik ini di kawasan utara TWA G. Tampomas semakin hari semakin terancam oleh tekanan perburuan owa jawa sebagai hewan peliharaan atau untuk diperjual-belikan sehingga menjadi ancaman serius bagi keberadaanya di kasawasan TWA G. Tampomas.

ELANG JAWA (Spizaetus bartelsi)
“ku akang ge kantos bade dibedil ta heulang teh”, itu sebagian kutipan dari jawaban salah seorang penduduk saat saya mencoba bertanya keberadaan ejang jawa/garuda atau heulang madu, penduduk setempat menyebutnya, di kawasan TWA G. Tampomas. Itu merupakan bukti bahwa penangkapan satwa ini oleh masyarakat memang terjadi. Anak bangsa dari Falconiformes suku Accipridae dan marga Spizaetus ini kondisinya mengkhawatirkan dan terancam di kawasan TWA G. Tampomas. Populasinya sekarang ini tidak lebih dari 2 ekor, dimana satu ekor terlihat pada tanggal 14 Juni sekitar lebak Sintok.

Data dari yang saya dapatkan, keseluruhan konfigurasi lapangan kawasan utara TWA G. Tampomas mempunyai topografi bergunung dan curam dilengkapi dengan beberapa titik sumber air dan merupakan tempat yang masih resentatif bagi owa jawa dan elang jawa yang jumlahnya tinggal beberapa ekor saja akibat dari perburuan dan perambahan hutan yang semakin melebar dari tepi timur ke utara atau dari tepi yang lain.

Semua masalah tersebut merupakan sebuah tantangan dimana sebuah intitusi atau pribadi yang berkepentingan terhadap hutan harus lebih bisa bijaksana dalam mengelola, memelihara, memanfaatkan dan melestarikan hutan beserta segenap kekayaan alam yang ada, khususnya kelestarian satwa liar yang semakin hari semakin mengkhawatirkan jumlahnya. Mari kita mencoba bijaksana dan mulai berpikir bahwa satwa liar tersebut merupakan potensi suber daya alam yang pokok dalam sebuah kawasan hutan, dan mempunyai fungsi sebagai objek interpretasi yang semakin langka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar